Kamis, 08 Agustus 2013

ISTIQOMAH PASCA RAMADHAN
Menjelang 1 bulan Ramadhan yang telah meninggalkan kita, suasana spiritual yang sangat kental, kondisi ruhani yang demikian bersemangat dan hidup serta gelora ibadah dan kekhusyu’an yang senantiasa kita temui disetiap jengkal nafas dan langkah kita, mulai sirna dan mulai menampakkan watak aslinya… Syawal pun tak lama lagi pergi berlalu, anugerah “sittan min syawalin” yang diibaratkan seperti berpuasa sepanjang tahun juga akan pergi, bisa jadi ini adalah Ramadhan dan Syawal terakhir kita.
Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mempertahankan suasana, semangat dan kekhusyu’an seperti yang kita miliki dalam Ramadhan? Adalah dengan sikap istiqomah atau konsisten. Berusaha sekuat tekad dan tenaga untuk senantiasa melaksanakan ketaatan dan peribadatan dalam setiap situasi dan kondisi, insya Allah suasana, semangat dan kekhusyu’an yang hampir mirip kita akan dapati dalam 11 bulan berikutnya. “Khairul a’maali maa daama wain qalla. Sebaik-baik amal perbuatan adalah yang berkesinambungan meskipun kuantitasnya sedikit.” Demikian sabda Rasulullah saw. Rasul juga tidak senang terhadap orang yang “ngebut” dan “ngebet” dalam menjalankan suatu ibadah kemudian ia jenuh dan akhirnya meninggalkannya sama sekali.
Pernah ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah saw. satu kata atau satu ajaran yang ia tidak akan bertanya lagi selainnya dalam kehidupan ini. Maka Rasulullah saw. menjawab: “Qul amanu billah tsumastaqimu. Katakanlah saya beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” Sebuah pertanyaan yang manusiawi, pertanyaan sebagai bekal dan pegangan hidup yang dibanggakan dan diamalkan. Dan jawabannya pun tidak panjang apalagi berbelit berbelit. Hanya dua kata kunci kehidupan, yaitu Iman dan Istiqamah.
Allah swt. berfirman dalam surat Fushshilat ayat 30-32.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan Jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kami-lah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Al-Ustad Sayyid Qutb menjelaskan bahwa:
Keistiqomahan dalam memegang teguh pernyataan “Rabb kami adalah Allah” berarti keistiqomahan dalam mengaktualisasikan dan membenarkannya, keistiqomahan yang dirasakan oleh hati dan yang dilaksanakan dalam kehidupan nyata, keistiqomahan dalam melaksanakan berbagai implikasi serta kewajibannya ketika kita bersyahadat bahwa tiada tuhan selain Allah. Tentu saja ini adalah perkara yang berat dan sulit. Karena berat dan sulit itulah , orang-orang yang beristiqomah akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa besar di sisi Allah berupa kebersamaan dengan para malaikat, perlindungan mereka dan kasih sayang mereka. Inilah yang tampak dari apa yang dikisahkan Allah tentang mereka, Malaikat berkata kepada temannya yang beriman:
“…Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan Jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kami-lah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat…”
Kemudian digambarkan kepada mereka surga yang dijanjikan sebagai penggambaran seorang sahabat kepada sahabatnya tentang apa yang dia ketahui:
“…di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Subhanallah, ini adalah janji yang Allah siapkan buat orang-orang yang senantiasa beristiqomah.
Al Qur’an dan As Sunnah menganjurkan umatnya untuk berlomba-lomba dalam mengamalkan kebajikan dan amal shalih, akan tetapi Al Qur’an dan As Sunnah tidaklah melupakan berbagai keadaan yang sedang dan akan dialami oleh masing-masing manusia. Setiap orang pasti melalui berbagai fase dari pertumbuhan fisik, biologis, mental dan berbagai perubahan dan keadaan yang meliputinya. Oleh karena itu Al Qur’an dan As Sunnah senantiasa mengingatkan umatnya agar dalam beramal senantiasa memperhatikan berbagai faktor tersebut, sehingga tidak terjadi berbagai ketimpangan dalam kehidupan mereka, baik pada saat beramal atau pada masa yang akan datang. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam banyak haditsnya telah menjelaskan dengan gamblang metode beramal semacam ini, diantaranya pada sabda Beliau:
Pada suatu hari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash rodhiallahu ‘anhu berkata, ‘Seumur hidupku, aku akan sholat malam terus menerus dan senantiasa berpuasa di siang hari.’ Tatkala Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dilapori tentang ucapan sahabat ini, beliau memanggilnya dan menanyakan perihal ucapannya tersebut. Tatkala Abdullah bin ‘Amer bin Al ‘Ash mengakui ucapannya tersebut, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, Engkau tidak akan kuat melakukannya, maka berpuasalah dan juga berbukalah (tidak berpuasa). Tidur dan bangunlah (sholat malam). Dan berpuasalah tiga hari setiap bulan, karena setiap kebaikan akan dilipatgandakan supuluh kalinya, dan yang demikian itu sama dengan puasa sepanjang tahun.’ Mendengar yang demikian, Abdullah bin ‘Amr Al ‘Ash berkata, ‘Sesungguhnya aku mampu melakukan yang lebih dari itu’ Beliau menjawab, ‘Puasalah sehari dan berbukalah dua hari.’ Abdullah bin ‘Amr Al ‘Ash kembali berkata, ‘Sesungguhnya aku mampu melakukan yang lebih dari itu.’ Beliau menjawab, ‘Puasalah sehari dan berbukalah sehari, dan itulah puasa Nabi Dawud ‘alaihissalaam dan itulah puasa yang paling adil.’ Mendengar yang demikian, Abdullah bin ‘Amr Al ‘Ash berkata, ‘Sesungguhnya aku mampu melakukan yang lebih dari itu.’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada puasa yang lebih utama dari itu.’ Kemudian semasa tuanya Abdullah bin ‘Amr Al ‘Ash menyesali sikapnya tersebut dan beliau berkata, ‘Sungguh seandainya aku menerima tawaran puasa tiga hari setiap bulan yang disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, lebih aku sukai dibanding keluarga dan harta bendaku.’ (Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu sebagian ulama’ menjelaskan bahwa metode yang benar dalam beramal agar dapat istiqomah sepanjang masa dan dalam segala keadaan:
“Beramallah sedangkan engkau dalam keadaan khawatir, dan beristirahatlah dari beramal dikala engkau masih menyukai amalan tersebut (bersemangat untuk beramal).”
Disadur ulang dari:
- http://alimancenter.com/index.php?option=com_content&view=article&id=420:istiqomah-bada-ramadhan&catid=101:buletin-al-iman&Itemid=18
- Tafsir Fi Zhilalil Qur’an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar